Investasi real estat komersial di Asia Pasifik meningkat 28% pada kuartal III tahun 2024 dengan nilai US$ 38,8 miliar atau sekitar Rp614 triliun (kurs Rp 15.836). Nilai investasi ini merupakan kuartalan tertinggi di Asia Pasifik sejak adanya kenaikan suku bunga pada tahun 2022. Bahkan menjadi pertumbuhan kuartalan keempat kalinya secara berturut-turut di daerah tersebut.
Berdasarkan data dan analisis perusahaan konsultan properti global Jones Lang LaSalle Incorporated (JLL), total volume investasi tahun berjalan (YTD) mencapai US$ 96,3 miliar (Rp 1.525,5 triliun). Jumlah ini meningkat 82% dari periode yang sama tahun 2023.
Volume investasi sektor properti utama, kecuali hunian mengalami pertumbuhan ditandai dengan investasi antar negara yang mencapai US$ 14,5 miliar YTD atau sekitar Rp 229,5 triliun. Angka tersebut meningkat 6% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Baca juga: 8 Penerima Penghargaan IAI Award 2024
“Banyak faktor yang mendorong volume transaksi di Asia Pasifik kuartal ketiga. Kami yakin tren ini terus meningkat dengan prediksi penurunan biaya pinjaman di pasar utama regional,” tutur Stuart Crow, CEO Asia Pacific Capital Market, JLL dalam keterangannya dikutip pada Rabu, 6 November 2024.
Jepang bertahan menjadi pasar paling aktif di Asia Pasifik. Dengan volume perdagangan sebesar US$ 8,4 miliar (Rp 1.338,9 triliun) di kuartal III-2024, didorong oleh akuisisi portofolio hotel besar-besaran dan rekor jumlah wisatawan.
Singapura turut menujukkan kinerja baik dengan nilai transaksi US$ 4,4 miliar (Rp 69,4 triliun) pada kuartal III yang naik 118% dibandingkan kuartal III-2023. Hal tersebut karena tingginya permintaan investor institusi terhadap aset ritel dan industri.
Baca juga: Desain Rumah Scandinavian 2 Lantai Yogyakarta
“Ditambah dengan adanya penurunan valuasi properti, kami memprediksi tahun 2025 akan menjadi momen yang kuat untuk memasuki pasar. Di mana investor yang bergerak lebih awal kemungkinan akan menghadapi persaingan yang lebih sedikit dibandingkan investor lain,” jelas Stuart Crow.
Sektor Perkantoran dan Logistik Penyumbang Terbesar Nilai Investasi
Di seluruh Asia Pasifik, sektor perkantoran dan logistik menyumbang lebih dari setengah nilai investasi. Di sektor perkantoran, Seoul dan Tokyo menjadi pemain utama yang memiliki fundamental perkantoran kuat.
Penyewaan ruang perkantoran terus melampaui tingkat inflasi di Seoul. Hal ini karena adanya permintaan yang tinggi, hingga tidak ada stok ruang perkantoran grade-A yang tersisa untuk tahun 2025. Di Tokyo, tingkat kekosongan ruang perkantoran grade-A mendekati angka -3%, sementara penyewaan ruang kantor tercatat naik 3/4 dari pertumbuhan berturut-turut di kuartal III.
Baca juga: Desain Interior Minimarket Industrial Modern, Auto Laris Manis!
Sektor logistik didukung oleh transaksi portofolio yang besar, investor lokal dan asing optimis terhadap sektor logistik di Jepang dengan prospek penyewaan yang bagus. Volume transaksi logistik di Australia turut melonjak, terutama di pasar strategis seperti Sydney dan Melbourne.
Investasi besar dalam infrastruktur mulai muncul, bersamaan dengan alternatif real estat komersial seperti pusat data. Hal tersebut memanfaatkan momentum global untuk infrastruktur digital, energi terbarukan, dan energy security.
Penggalangan dana untuk infrastruktur di Asia Pasifik memperlihatkan kenaikan pada semester pertama 2024, mencapai US$ 13,2 miliar (Rp 208,2 triliun). Hal tersebut didorong oleh kesepakatan pendanaan seperti KKR Asia Pacific Infrastructure Investors II (US$ 6,4 miliar atau sekitar Rp 100,9 triliun).
Baca juga: 6 Cara Mengatasi Rumah Lembab saat Musim Hujan
Seiring lonjakan pasokan energi terbarukan yang mencakup 70% di Asia Pasifik dari kapasitas listrik terbarukan secara global pada 2023, terdapat banyak pendanaan yang akan tersalurkan ke sektor infrastruktur.
“Seiring meredanya inflasi di kawasan ini dan adanya penurunan suku bunga The Fed pada bulan September, kami melihat bank sentral di Asia Pasifik mulai memasuki siklus penurunan suku bunga. Imbal hasil properti kemungkinan akan mengikuti tren serupa, namun suku bunga jangka panjang diperkirakan tetap lebih tinggi dibandingkan dekade terakhir. Investor perlu memperhatikan bagaimana pasar merespons-nya,” kata Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence, Asia Pacific, JLL.
Menurut Pamela Amber, Asia Pasifik telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dengan rata-rata peningkatan tertinggi sejak tahun 2022 sehingga diprediksi akan menarik lebih banyak investasi di kawasan ini.