Gereja Blenduk adalah gereja tertua di Jawa Tengah yang sudah berusia lebih dari 200 tahun. Bangunan ini berada di kawasan Kota Lama Semarang atau outstadt seluas 31 hektar. Kawasan tersebut dijuluki Little Netherland karena dulu pernah menjadi pusat Pemerintahan Kolonial Belanda di Semarang pada tahun 1705.
Gereja ini sebenarnya bernama Gereja Protestan Indonesia Barat (GPIB) Immanuel. Lantas, kenapa dijuluki Gereja Blenduk ya? Simak pembahasan berikut ini agar rasa penasaran Anda terjawab.
Baca juga: Rumah Ibadah Gaya Klasik Gereja Protestan โ Bojonegoro, Jawa Timur
Arsitektur Gereja Blenduk Menawan
Menurut Moedjiono, arsitek Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang dalam buku yang bertajuk โFacade Semarang-Solo-Yogyakartaโ menyatakan desain gereja terinspirasi dari Gereja St Paul di London, karya Sir Christopher Wren.
Awalnya bangunan gereja yang didirikan pada 1753 memiliki bentuk seperti rumah panggung dengan gaya arsitektur Jawa. Hal tersebut tampak pada inkripsi tulisan yang ada pada salah satu bagian bangunan gereja. Lalu pada tahun 1787-1794 dilakukan perubahan struktur bangunan mengikuti style gereja Protestan di Eropa sengan sentuhan Barok dan Renaissance yang sedang tren pada masa itu.
Baca juga: Gereja Katedral Jakarta, Bangunan Bersejarah Bergaya Neo Gotik
Pada tahun 1894-1895, Pemerintah Kolonial Belanda memerintahkan dua arsiteknya HPA de Wide dan W Westmaas untuk merenovasi gereja. Mereka menambahkan menara kembar yang masing-masing memiliki jam besar. Bagian pucuk menara ditambahkan rumah-rumahan sebagai tempat meletakkan lonceng besar buatan pabrik JW Steegler tahun 1703.
Tak hanya itu, mereka juga menambahkan kanopi setinggi 10 meter di teras pintu utama yang mengapit menara kembar. Kanopi tersebut disangga oleh empat pilar besar. Secara fisik, bangunan utama berdiri di atas lahan seluas 400 meter persegi.
Desain arsitektur bangunan bersejarah ini berbentuk oktagonal atau segi delapan, menggambarkan delapan penjuru mata angin. Terdapat pula tambahan transep di empat penjuru, yaitu selatan, utara, barat, dan timur. Apa itu transep?
Transep adalah bangunan transisi yang menghubungkan bagian luar dengan bagian dalam gereja berupa bilik atau kamar.
Baca juga: Interior Rumah Modern Organic Dominasi Warna Earth Tone
Empat transep memiliki fungsinya masing-masing, yaitu:
- Transep timur, akses menuju balkon jemaat.
- Transep barat, konsistori atau kamar pendeta sebelum memimpin kebaktian dilengkapi mimbar setinggi 5 meter.
- Transep utara, tempat menempatkan seperangkat orgel yang didesain oleh seniman asal Belanda, P Farwangler dan Hummer.
- Transep selatan, akses jemaat menuju ruang kebaktian.
Desain tersebut membentuk pola seperti salib dengan ruang kebaktian sebagai titik sentral. Hal tersebut sesuai dengan teori Renaissance bahwa sentralis perfect form yang mencerminkan simbol Kristus yang disalibkan.
Alasan Disebut Gereja Blenduk
Gereja Blenduk memiliki kubah berwarna merah yang tampak menggembung dan posisinya memayungi ruang utama gereja. Bentuknya yang menggembung atau mblenduk dalam bahasa Jawa kemudian menjadi ciri khas Gereja Immanuel Semarang. Nah, dari sinilah akhirnya masyarakat setempat menyebutnya Gereja Blenduk.
Baca juga: Sejarah Keraton Yogyakarta dan Style Arsitekturnya
Gereja ini punya kursi yang unik, yakni berupa deratan kursi tunggal yang terbuat dari kayu jati berwarna coklat tua dengan sandaran dari anyaman rotan. Kayu ini diperkirakan diproduksi 2 abad lalu di Belanda. Lantai di ruang kebaktian juga masih mempertahankan bentuk aslinya dengan tegel corak hitam, putih, dan kuning.
Jendela lengkung Romawi kuno dengan susunan kaca patri style gotik yang ada di gereja juga terlihat sangat memukau. Guna menambah keindahan kawasan bersejarah Kota Lama Semarang, Badan Pengelolaan Kawasan Kota Lama (BPK2L) Semarang membangun Taman Srigunting seluas 1 hektar di sayap timur bangunan gereja pada tahun 2001.