Istana Kepresidenan Bogor atau lebih dikenal dengan Istana Bogor berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor. Bangunan ini berjarak sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer dari Cipanas.
Melansir Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, istana ini di bagun di atas lahan datar dengan luas sekitar 28,86 hektar dengan ketinggian 290 meter di atas permukaan laut. Meski berada di pusat kota, namun udara di sekitarnya sejuk karena wilayah ini termasuk dalam kota yang beriklim sedang. Seperti yang kita tahu, Bogor memang terkenal dengan sebutan “kota hujan”.
Baca juga: Gedung Sate: Gedung Pemerintahan Jawa Barat dengan Arsitektur yang Menawan
Sejarah Singkat Istana Bogor
Pada tanggal 10 Agustus 1744, orang-orang Belanda melakukan pencarian lokasi pesanggrahan atau tempat peristirahatan yang memiliki kondisi udara lebih sejuk dari Batavia (kini Jakarta). Selain mereka, Gubernur Jenderal Belanda yang bernama G.W. Baron van Imhoff juga melakukan pencarian dan berhasil menemukan tempat yang dianggap strategis. Tempat tersebut adalah Kampong Baroe.
Di tahun berikutnya, ia mendesain sendiri bangunan pesanggrahan yang terinspirasi dari arsitektur Blenheim palace, kediaman Duke of Malborough yang berada di dekat kota Oxford, Inggris. Bangunan ini dinamakan Buitenzorg yang memiliki arti “bebas masalah atau kesulitan”. Nah, wilayah Buitenzorg saat ini dikenal sebagai Kota Bogor.
Setelah masa jabatannya berakhir pada tahun 1750 dan masa kepemimpinannya digantikan oleh Gubernur Jenderal Jacob Mossel (1750-1761), bangunan tersebut belum juga selesai. Istana Bogor sempat juga rusak berat pada masa pemberontakan perang Banten yang dipimpin oleh Kiai Tapa dan Ratu Bagus Buang pada tahun 1750-1754.
Baca juga: Desain Kos Industrial Minimalis 3 Lantai dengan Fasad yang Unik
Istana sempat diperluas dan diperlebar pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Williem Daendels (1808-1811). Bangunan tersebut terus diperluas hingga masa kekuasaan berganti. Bahkan terdapat penambahan gedung induk dan lahan di sekeliling istana yang dijadikan sebagai Kebun Raya. Nah, peresmian gedung ini dilakukan pada tanggal 18 Mei 1817.
Kebun Raya Bogor
Kebun Raya didirikan oleh Direktur Urusan Pertanian, Kerajinan, dan Ilmu-Ilmu Hindia Belanda yang bernama C.G.C. Reinwardt. Sayangnya, pada tanggal 10 Oktober 1834 terjadi gempa bumi sehingga gedung rusak berat.
Meski demikian, berbagai upaya perbaikan terus dilakukan. Mereka merubuhkan bangunan lama dan membangun kembali bangunan baru satu lantai yang mengadopsi gaya arsitektur Eropa Abad IX. Pembangunan istana rampung pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud de Montager (1856-1861).
Saat Indonesia menyatakan merdeka dan Jepang jatuh di tangan tentara Sekutu, sekitar 200 pemuda Indonesia yang tergabung dalam Barisan Keamanan Rakyat (BKR) mengibarkan bendera Merah Putih di Istana Buitenzorg yang saat ini menjadi Istana Kepresidenan Bogor. Kejadian tersebut terjadi pada akhir tahun 1949. Setelah itu, fungsi istana ini beralih menjadi kantor urusan kepresidenan dan kediaman Presiden Republik Indonesia.
Baca juga: Barbershop Industrial Modern Khas Padang di Sleman
Arsitektur Istana Bogor
Arsitektur Istana Bogor cukup unik, karena memadukan gaya arsitektur Eropa klasik dengan unsur tropis. Bangunan ini memiliki struktur megah yang menampilkan keindahan dan kemewahan bangunan khas Eropa. Istana ini sangat memperhatikan kondisi lingkungan, fungsi, dan estetika bangunan.
Mengikuti pola arsitektur istana Eropa, bangunan ini memiliki bangunan utama di tengah yang dilengkapi oleh sayap-sayap di kedua sisi sampingnya. Hal tersebut menghadirkan ruang terbuka yang lapang di sekitar bangunan utama. Bangunan ini dirancang dengan prinsip simetri. Bagian depan dan belakang istana memiliki letak visual yang seimbang, sehingga menciptakan kesan harmoni dan keseimbangan dalam desain.
Pada bagian luar, fasad dan ornamen istana juga memiliki visual unik, rumit, dan mencolok. Dinding batu bata merah terlihat kokoh, serta jendela besar dengan ksi-kisi besi menghadirkan sentuhan elegan sekaligus akses pencahayaan alami dan sirkulasi udara ke dalam ruangan. Ukiran kayu jati yang rumit, pilar-pilar dengan relief, serta langit-langit yang dihiasi dengan stuk sangat ampuh menghadirkan kesan mewah dan klasik yang menawan dan mendalam.
Baca juga: Gereja Katedral Jakarta, Bangunan Bersejarah Bergaya Neo Gotik
Berkaca dari pengalaman kerusakan bangunan sebelumnya, penggunaan material berkualitas tinggi dipilih untuk menjamin kekuatan bangunan. Material utama yang digunakan di antaranya, batu alam, bata merah, dan kayu jati yang diterapkan pada jendela, pintu, hingga lantai. Hampir seluruh struktur bangunan ditopang oleh rangka kayu jati yang kokoh dan memiliki daya tahan terhadap serangga dan cuaca tropis yang lembap.
Menyelami bagian dalam Istana Bogor, terdapat ruang publik, ruang pribadi, dan ruang layanan untuk memenuhi kebutuhan penghuni dan tamu kepresidenan yang berkunjung. Supaya arsitektur bersejarah ini tetap terawat dan lestari, istana memerlukan maintenance yang dilakukan secara rutin, seperti pemeliharaan bangunan, perbaikan material, hingga restorasi ornamen yang rusak.