Close Menu
  • Homes
  • News
  • Tips
  • Info
    • Info Arsitektur
    • Info Interior
    • Info Material
    • Info Struktur
  • Figure
  • Event
  • ID
  • ENG
Facebook X (Twitter) Instagram
Facebook X (Twitter) Instagram
gravitarchigravitarchi
Subscribe
  • Homes
  • News
  • Tips
  • Info
    • Info Arsitektur
    • Info Interior
    • Info Material
    • Info Struktur
  • Figure
  • Event
  • ID
  • ENG
gravitarchigravitarchi
Home » Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Klenteng Sam Poo Kong Semarang
Info

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Klenteng Sam Poo Kong Semarang

gravitarchiBy gravitarchiAugust 9, 2024No Comments4 Mins Read
Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
Sam Poo Kong Semarang
Share
Facebook Twitter LinkedIn Pinterest Email

­Klenteng Sam Poo Kong di Kota Semarang memiliki arsitektur yang khas, memadukan dua akulturasi budaya Tionghoa dan Jawa. Tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, saat ini bangunan ikonik ini menjadi ikon pariwisata Semarang yang terletak di dekat pusat keramaian.

Mengutip Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, tempat ini memiliki altar dan beberapa makam orang kepercayaan Laksamana Zheng He yang sering dikunjungi untuk berziarah, yaitu:

  1. Klenteng utama
  2. Goa pemujaan
  3. Klenteng Dewa Bumi
  4. Klenteng Kyai Juru Mudi
  5. Klenteng Kyai Jangkar, meliputi ruang sembahyang Arwah Ho Ping, tempat pemujaan Kyai Jangkar, Nabi Khong Tju, Kyai Cundrik Bumi, dan Kyai Nyai Tumpeng.

Pembangunan Klenteng Sam Poo Kong Semarang

Klenteng Sam Poo Kong

Klenteng ini dibangun oleh seorang nahkoda beragama Islam bernama Ma San Bao yang kerap disapa Laksamana Zheng He pada awal abad ke-15. Namun, ia juga lebih dikenal dengan sebutan Laksamana Cheng Ho. Sebelum difungsikan sebagai klenteng, dulu bangunan ini merupakan masjid yang terletak di tepi pantai. lho.

Menurut sejarah, Laksamana Cheng Ho mendarat di Pantai Utara Semarang karena juru mudinya, Wang Jing Hong jatuh sakit. Rombongan Cheng Ho kembali berlayar, namun Wang memilih tetap tinggal di goa batu dan menjadikan area tersebut berkembang pesat. Di area tersebut, ia mendirikan patung Laksamana Cheng Ho.

Baca juga: Kota Lama Semarang: Bangunan Bersejarah Bergaya Arsitektur Eropa

Meski demikian, goa tersebut pernah runtuh pada tahun 1704. Supaya Ceng Ho terus diingat, akhirnya goa dibangun ulang bersamaan dengan klenteng yang dinamai Sam Poo Kong. Dalam bahasa Mandarin, San Bao Dong atau Sam Poo Kong dalam dialek Hokkian berarti Gua San Bao.

Dulu bangunan ini sangat sederhana. Karena mengalami beberapa kali pemugaran dan keterlibatan konglomerat di Semarang, kini Sam Poo Kong punya lahan yang luas.

Meskipun Cheng Ho adalah seorang muslim, namun masyarakat menganggapnya sebagai dewa karena saat itu penganut Konghucu dan Taoisme menganggap orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan.

Arsitektur Tionghoa pada Klenteng

Sam Poo Kong Semarag Jawa Tengah

Kawasan Sam Poo Kong memiliki luas 3,2 hektar, lengkap dengan fasilitas umum, area peribadatan, serta ornamen-ornamen Tionghoa. Memasuki area Sam Poo Kong, kita akan disambut oleh dinding relief batu yang mengisahkan kisah perjalanan Laksamana Cheng Ho pada abad ke-15 selama 30 tahun.

Bangunan ini didominasi warna merah dengan arsitektur Tionghoayang terlihat dari bentuk atapnya. Uniknya, setiap atapnya memiliki bentuk dan makna yang berbeda-beda. Arsitektur Tionghoa identik dengan feng shui, yaitu seni hidup dalam keharmonisan dengan alam untuk mendapatkan ketenangan, keharmonisan, kemakmuran, dan keseimbangan yang sempurna dengan alam.

Baca juga: Rumah Japandi Minimalis dengan Dominasi Aksen Lengkung yang Unik

Terdapat peraturan feng shui dalam pembangunan klenteng atau bangunan suci, yaitu:

  1. Konstruksi atap melambangkan bentuk hewan yang menurut kepercayaan Tiongkok mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungan.
  2. Pemilihan warna bangunan memiliki makna yang penting.

Bentuk Atap yang Unik dan Penuh Makna

Pada bangunna suci, atap termasuk komponen penting dalam arsitektur Tiongkok dan memiliki bentuk yang tidak selalu sama. Setidaknya ada lima tipe atap, yaitu atap jurai, kombinasi atap jurai dengan atap pelana, atap pelana dan tiang-tiang kayu, kombinasi atap pelana dengan dinding solid, serta atap piramidal.

Baca juga: Interior Rumah Mewah Bergaya Klasik di Sleman

Jika melihat bentuk atap klenteng Sam Poo Kong, bagian klenteng utama sebagai tempat pemujaan Laksamana Cheng Ho memiliki bentuk atap bertingkat tiga dengan patung simbol binatang di ujungnya. Warna yang diterapkan pada klenteng ini adalah warna merah, hijau, dan kuning.

Atap klenteng utama lebih tinggi dibandingkan dengan atap klenteng lainnya. Hal ini menandakan kesakralan dari bangunan tersebut, karena memuja Laksamana Cheng Ho. Tipe atap yang digunakan adalah kombinasi atap jurai dengan atap pelana. Sementara goa tempat pemujaan memiliki atap datar dengan warna dominan hijau dengan pola persegi.

Sam Poo Kong Semarang

Klenteng Dewa Bumi menggunakan kombinasi atap jurai dengan atap pelana. Klenteng ini memiliki atap bertingkat dua dan tidak memiliki binatang di ujung atapnya. Plafon yang digunakan dalam bangunan ini menggunakan sistem balok vertikal dan horizontal. Warna yang dipilih didominasi warna merah, aksen warna putih dan hijau.

Klenteng Kyai Juru Mudi juga menggunakan kombinasi atap jurai dengan atap pelana dan memiliki atap bertingkat dua dengan patung simbol binatang di ujungnya. Plafon bangunan menggunakan balok vertikal dan horizontal dengan atap berwarna merah, kuning, dan hijau.

Baca juga: Gedung Sate: Gedung Pemerintahan Jawa Barat dengan Arsitektur yang Menawan

Terakhir, klenteng Kyai Jangkar yang dijadikan tempat pemujaan terhadap jangkar suci milik Cheng Ho memiliki atap bertingkat dua dengan dominasi warna merah. Tipe atap yang digunakan pada klenteng ini adalah atap pelana dengan dinding solid.

Untuk bubungan atap yang digunakan pada klenteng utama Sam Poo Kong, klenteng Dewa Bumi, dan Kyai Juru Mudi berbentuk curling wave atau tipe awan berombak. Lalu pada klenteng Kyai Jangkar, bubungan yang dipakai adalah end of straw atau tipe ujung lancip.

arsitektur sam poo kong klenteng sam poo kong Laksamana Cheng Ho sam poo kong sam poo kong semarang sejarah sam poo kong wisata sam poo kong semarang
Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
gravitarchi
  • Website

Related Posts

Bukan Kekurangan Arsitek, Tapi Kesadaran yang Masih Rendah

June 17, 2025

Sertifikasi Arsitek : Legalitas, Kompetensi, dan Nyawa di Antara Kertas

June 16, 2025

SEAUS 2.0 – Culture in Transition: Urbanism and Landscape in Southeast Asia

June 11, 2025
Leave A Reply Cancel Reply

Demo
Artikel Terbaru

Bukan Kekurangan Arsitek, Tapi Kesadaran yang Masih Rendah

June 17, 2025

Sertifikasi Arsitek : Legalitas, Kompetensi, dan Nyawa di Antara Kertas

June 16, 2025

SEAUS 2.0 – Culture in Transition: Urbanism and Landscape in Southeast Asia

June 11, 2025

Erlangga Winoto Terpilih dalam Musprov XI IAI DIY 2025, Arsitek DIY Siap Kawal Kearifan Lokal

May 27, 2025

Erlangga Winoto Ketua IAI DIY 2025–2028 dan Komitmennya pada Arsitektur Jogja

May 27, 2025

Clerkenwell Design Week 2025: Inovasi Furnitur Masa Depan Hadir dalam Bentuk yang Tak Terduga

May 22, 2025

FENIX Museum: Merayakan Migrasi Lewat Seni di Jantung Pelabuhan Rotterdam

May 21, 2025
Demo
Demo
Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
  • Kontak
  • Tentang Kami
© 2025 gravitarchi, Designed by gravitarchi.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.