Gedung Merdeka pertama kali dibangun pada tahun 1895 sebagai bangunan Societeit Concordia atau tempat rekreasi dan interaksi sosial sekelompok masyarakat Belanda yang saat itu menduduki wilayah Bandung dan sekitarnya. Gedung ini menjadi ikon rasisme, karena Belanda melarang keras anjing dan warga pribumi untuk masuk ke dalam area gedung.
Pada tahun 1926, dua arsitek Belanda sekaligus guru besar di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB) bernama Van Galen Last dan C.P Wolff Schoemaker melakukan renovasi gedung ini dengan gaya arsitektur modern (art deco).
Baca juga: Istana Bogor, Perpaduan Gaya Arsitektur Eropa dengan Unsur Tropis
Gedung ini pernah beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan yang dinamakan Dai Toa Kaman di era kependudukan Jepang. Pasca kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1954 pemerintah Indonesia menetapkan Kota Bandung sebagai tempat konferensi Asia-Afrika.
Kenapa Dinamakan Gedung Merdeka?
Penamaan gedung Merdeka bukan tanpa alasan. Gedung Societeit Concordia diganti nama oleh Presiden Soekarno menjadi Gedung Merdeka pada tanggal 7 April 1955. Alasannya, penamaan Gedung Merdeka dianggap mampu memberikan semangat perjuangan hingga mencapai kemerdekaan bagi bangsa-bangsa Asia Afrika yang masih terjajah.
Guna mendukung hal tersebut, Presiden Soekarno juga mengganti nama Groote Postweg atau Jalan Raya Pos menjadi Jalan Asia Afrika. Tak sampai disitu saja, Gedung Dana Pensiun yang berada di sebelah Museum Geologi juga diubah namanya menjadi Gedung Dwi Warna.
Baca juga: Rumah Industrial Modern dengan Pintu Kaca Anti Maling di Bantul
Hal tersebut berkaitan erat dengan sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) pertama pada tanggal 18-24 April 1955 yang diselenggarakan di Bandung. Konferensi ini meningkatkan citra Indonesia di mata dunia, terutama wilayah Asia Afrika yang saat itu mendambakan perdamaian dan kemerdekaan.
Pembenahan terus dilakukan mulai tahun 1968 hingga akhirnya sejak tahun 1970 gedung ini digunakan untuk berbagai acara nasional dan internasional. Lalu pada tahun 1980, Presiden Soeharto meresmikan seluruh kawasan Gedung Merdeka sebagai Museum Asia Afrika. Hingga saat ini, momentum KAA masih terasa di Gedung Merdeka sebagai simbol perjuangan bangsa-bangsa Asia Afrika meraih kemerdekaan, kesejahteraan, dan perdamaian.
Gaya Art Deco Gedung Merdeka
Desain Gedung Merdeka lekat dengan nuansa art deco yang megah dan menawan. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas 7.500 meter persegi. Gedung ini memiliki kemiringan atap 30º dengan penggunaan genteng plentong dari tanah liat menyesuaikan kondisi iklim tropis di Indonesia.
Kombinasi bentuk atap pelana dan atap perisai dengan penggunaan genteng plentong menciptakan bangunan yang memiliki fungsi optimal dan mencerminkan identitas budaya Indonesia.
Baca juga: Interior Rumah Industrial dengan Kamar Tidur Mezzanine
Penggunaan ornamen art deco di beberapa bagian gedung semakin menunjukkan ciri khas bangunan istimewa, elegan, dan bersejarah ini. Ornamen ini berupa pola garis lurus yang tegas dan pola geometris. Elemen art deco tampak di bagian fasad utama, kolom, dinding, dan beberapa titik bukaan bangunan.
- Fasad utama
Elemen art deco di bagian ini terasa paling menonjol, sehingga menjadi point of interest bangunan. Dekorasi dan ornamen mencakup pola geometris, garis tegas, serta bentuk arstistik yang meningkatkan estetika di bagian eksterior bangunan.
- Kolom
Kolom pada gedung menonjolkan garis tegas, sehingga lekat dengan kesan kuat dan elegan.
- Dinding
Elemen dinding seperti tiang datar, panel dinding , dan hiasan dinding menghadirkan kesan modern dan artistik khas style art deco.
- Bukaan
Bukaan seperti jendela dan pintu memiliki dekorasi khas art deco dengan garis geometris. Bentuk artistik lainnya juga ditemukan pada frame atau bingkai jendela dan pintu. Hal ini memberikan sentuhan seni dan estetika pada bangunan.
Baca juga: Karakteristik Gaya Arsitektur Benteng Vredeburg di Yogyakarta
Perpaduan elemen art deco di berbagai bagian Gedung Merdeka mencerminkan keahlian dalam menggabungkan bentuk, ornamen, dan karakter gaya arsitektur yang saat ini menjadi ikon bersejarah di Kota Bandung.