Nabi Muhammad SAW pernah singgah di beberapa masjid indah yang hingga saat ini masih eksis dan kerap dikunjungi oleh banyak orang. Deretan masjid tersebut merupakan aset berharga bagi umat Islam, karena menyimpan nilai historis yang tinggi.
Penasaran masjid apa saja yang pernah Rasulullah singgahi selama masa hidupnya? Simak deretan masjid berikut ini.
Baca juga: Sejarah dan Arsitektur Masjid Kubah Emas Depok yang Mendunia
Masjid Al Aqsa
Masjid Al Aqsa berada di Kota Yerussalam (Al-Quds), Palestina. Nabi Muhammad SAW pernah singgah di masjid ini saat peristiwa Isra Mi’raj. Sebelum dipindahkan ke Ka’bah, masjid ini merupakan kiblat sholat pertama umat Islam.
Keberadaan masjid ini sudah ada sejak Nabi Adam AS dan diteruskan oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah itu, masjid dibangun oleh Nabi Sulaiman AS dengan struktur bangunan yang megah, kuat, dan indah.
Masjid sempat mengalami kerusakan akibat gempa bumi hingga beralih fungsi sebagai istana dan gereja saat Palestina dikuasai tentara salib pada tahun 1099. Setelah Palestina ditaklukan kembali oleh Salahuddin, Masjid Al Aqsa dikembalikan lagi fungsinya sebagai masjid. Bangunan masjid berdekatan dengan Dome of Rock yang berwarna keemasan.
Baca juga: Rumah Japandi Minimalis dengan Dominasi Aksen Lengkung yang Unik
Kubah masjid memiliki ciri khas berwarna perak atau abu-abu. Denah masjid berbentuk persegi dengan luas 35.000 meter persegi. Setidaknya masjid ini dapat menampung hingga 5.000 jamaah. Mengingat banyak keistimewaan yang ada pada masjid ini, maka hingga saat ini Masjid Al Aqsa terus diperjuangkan oleh umat Islam agar kembali ke tangan umat Nabi Muhammad SAW.
Masjidil Haram
Masjidil Haram di Kota Makkah, Arab Saudi merupakan tempat tujuan utama umat Islam saat beribadah haji dan umrah. Terdapat Ka’bah, makam Nabi Ibrahim AS, Hajar Aswad, dan sumur Zam-zam di dalamnya.
Masjid ini dibangun mengelilingi Ka’bah dan menjadi arah kibat bagi umat di seluruh dunia. Pada zaman dahulu, Masjidil Haram dan Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Masjidil Haram pernah di renovasi beberapa kali hingga tampilannya seperti sekarang.
Renovasi pertama berlangsung pada tahun 1955-1973 dengan menambahkan 3 menara, perbaikan atap, dan lantai yang diganti dengan marmer. Selanjutnya, renovasi kedua dilakukan membangun ruang sholat terbuka dan sayap bangunan baru. Renovasi tersebut dilakukan pada masa kepemimpinan Raja Fahd bin Abdul Aziz Al Saud (1982-1988).
Baca juga: Interior Rumah Modern Organic Dominasi Warna Earth Tone
Pada renovasi ketiga (1988-2005), dibangun beberapa menara tambahan area sholat di dalam dan sekitar masjid, 18 gerbang tambahan, 3 kubah, dan 500 pilar marmer. Selain itu, dibangun pula kediaman raja yang berhadapan langsung dengan masjid. Pada renovasi kali ini, Masjidil Haram sudah dilengkapi pendingin udara, eskalator, dan sistem pengairan.
Pada tahun 2011, masjid diperluas agar mampu menampung hingga 2 juta jamaah dan diperkirakan rampung pada tahun 2020. Semula kawasan masjid memiliki luas 356.000 meter persegi dan dikembangkan menjadi 400.000 meter persegi.
Saat ini, Masjidil Haram memiliki 19 pintu gerbang dan 7 menara yang memiliki nama tersendiri. Saat musim haji, setidaknya masjid ini mampu menampung 820.000 hingga 2 juta jamaah saat sholat ied.
Di balik proses renovasi, arsitek bernama Muhamed Kamal Ismail menolak dibayar atas pekerjaannya. Meski sudah didesak oleh Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden, Ismail tetap menolak untuk dibayar. Alasannya, Ismail tidak mau mengambil uang untuk pekerjaan yang paling suci di dunia dan merasa malu saat menghadap Allah di Hari Penghakiman.
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi dibangun oleh Nabi Muhammad SAW di tahun pertama hijrah dari Makkah ke Madinah. Di dalamnya, terdapat makan Nabi Muhammad SAW. Karena hal ini, umat Islam yang melakukan ibadah haji dan umrah pasti menyempatkan waktu untuk mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah.
Pada awal pembangunan, Nabi membangun masjid di atas sebidang tanah berukuran 50 x 49 meter yang dibangun menghadap ke Yerussalem (kiblat umat Islam saat itu). Masjid memiliki 3 pintu, atap dari daun palem, lantai hanya dilapisi kerikil, dan batang pohon palem sebagai tiang pancang masjid.
Saat arah kiblat berubah menghadap Ka’bah, pintu bagian selatan masjid ditutup dan diganti dengan pintu baru yang menghadap ke utara. Masjid mengalami perluasan pertama kali pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn Al-Khattab pada 17 H (638 Masehi).
Baca juga: Cara Kerja Penangkal Petir, Fungsi, dan Jenisnya
Perluasan kedua dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar karena pada saat itu jamaah masjid sangat ramai. Dia membeli rumah-rumah di sekitar masjid sehingga masjid bisa diperluas ke arah barat, selatan, dan timur. Area timur tidak diperluas, mengingat pada saat itu kamar istri Nabi Muhammad berada di area ini. Perluasan masjid diperkirakan mencapai luas 1.100 meter persegi.
Masjid terus mengalami perluasan dan renovasi. Meski sempat mengalami kebakaran beberapa kali, namun sejumlah khalifah dan pemimpin Muslim pada saat itu saling bekerja sama untuk memulihkannya.
Perluasan terbesar Masjid Nabawi dilakukan pada masa pemerintahan Raja Abdullah dengan memerintahkan pemasangan 250 payung di halaman masjid. Raja Abdullah meletakkan batu pondasi pada akhir 1433 H (2012 M) untuk memperluas masjid agar dapat menampung 2 juta jamaah. Usai Raja Abdullah wafat, Raja Salman mengambil peran dalam pengembangan Masjid Nabawi.
Pada era kepemimpinan Raja Salman, Masjidil Haram dan Masjid Nabawi terus mengalami perbaikan sehingga umat Islam yang berkunjung untuk berziarah dan beribadah merasa nyaman dan khusyuk dalam beribadah.