Terkekang dalam ruangan yang tidak sehat dapat membuat seseorang sakit. Hal ini didukung oleh debu di dalam ruang yang ternyata lebih banyak dibandingkan dengan udara di luar ruangan. Debu yang terperangkap di dalam ruangan dapat menyebabkan sick building syndrome (SBS).
Desain bangunan dan gedung cukup mempengaruhi terjadinya sindrom ini. Hal ini didukung oleh keterbatasan lahan dan kebutuhan ruangan yang banyak. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai sick building syndrome, simak pembahasan di bawah ini.
Apa Itu Sick Building Syndrome?
![Sick Building Syndrome](https://gravitarchi.com/wp-content/uploads/2024/12/Sick-Building-Syndrome-SBS-1024x682.jpg)
Melansir Kemenkes, sick building syndrome atau sindrom gedung sakit merupakan situasi seseorang di dalam gedung yang mengalami gejala akut dan situasi tidak nyaman berkaitan dengan waktu yang dihabiskan di dalam gedung, tapi tidak ada penyakit yang atau penyebab spesifik yang diidentifikasi.
Baca juga: Apa Itu Material Lokal? Begini Pemanfaatannya dalam Arsitektur
Sick building syndrome paling umum terjadi di tempat kerja dan sering ditemukan juga pada kantor terbuka, sekolah, perpustakaan, dan museum. Gejalanya mungkin terjadi di ruangan atau bagian ruangan tertentu maupun di seluruh bangunan.
Gejala Sick Building Syndrome (SBS)
Sindrom ini berkaitan dengan kesehatan pernapasan dan psikologis. Siapa saja dapat mengalami SBS. Gejala umum dapat membaik atau menghilang setelah penderita meninggalkan gedung. Namun orang yang berbeda dalam satu gedung yang sama dapat mengalami gejala dan tingkat ketidaknyamanan yang berbeda.
Baca juga: Desain Interior Kontemporer dengan Aksen Natural yang Fresh
Mengutip Designing Buildings, berikut beberapa gejala SBS.
- Rasa sakit dan nyeri
- Sakit kepala dan pusing
- Mual
- Hidung iritasi, tersumbat, dan berair
- Iritasi mata dan tenggorokan
- Kelelahan
- Konsentrasi buruk
- Iritasi kulit
- Sesak napas atau sesak dada
Gejala di atas banyak dialami oleh pekerja kantoran di gedung-gedung modern dengan pendingin ruangan tanpa jendela yang bisa dibuka. Risiko lebih tinggi terjadi pada pekerja yang melakukan pekerjaan rutin di depan layar komputer dan wanita rentan mengalami sindrom ini dibandingkan pria.
Solusi Desain Arsitektur
Sejak kesadaran SBS meningkat sejak tahun 1970-an, para peneliti berhasil menemukan penyebabnya. Faktor yang paling umum yang menyebabkan SBS di antaranya, ventilasi tidak memadai, tingkat kebisingan yang tinggi, debu, polutan kimia, standar kebersihan buruk, pencahayaan buruk, dan faktor psikologis berupa stres dan kelelahan.
Baca juga: Desain Interior Kos Japandi Modern Minimalis di Kalimantan Timur
Untuk menghindari pekerjaan perbaikan atau renovasi yang mahal, sick building syndrome dapat dicegah dengan mempertimbangkan tahap awal perencanaan pekerjaan bangunan baru dan perubahan. Perhatikan beberapa hal berikut ini.
- Kualitas dan suhu udara (ventilasi, pasokan udara luar ruangan, dan pergerakan udara)
- Kelembaban
- Pencahayaan
- Peralatan dan perabotan
- Kebisingan
- Pemeliharaan dan sistem layanan gedung
- Pembersihan dan perawatan kantor