Masjid Baiturrahman merupakan landmark kebanggaan Banda Aceh. Masjid ini didirikan pada masa Kesultanan Aceh Darussalam di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Meski demikian, ada pula yang mempercayai bahwa masjid ini sebelumnya sudah dibangun pada tahun 1292 oleh Sultan Mahmudsyah.
Masjid ini pernah dibakar oleh pihak Belanda pada tahun 1873. Hal tersebut menyulut kemarahan rakyat Aceh dan meningkatkan perjuangan mereka dalam melawan Belanda. Untuk meredam kemarahan mereka, kolonial Belanda diwakili oleh Gubernur Jenderal van Lansnerge akhirnya membangun kembali masjid ini.
Baca juga: Mengulik Arsitektur Masjid Istiqlal, Terbesar di Asia Tenggara
Peletakan batu pertama dilakukan oleh Tengku Qadhi Malikul Hadi pada 9 Oktober 1879. Masjid ini diresmikan pada 27 Desember 1881. Sejak saat itu, masjid mengalami beberapa kali pemugaran.
Masjid Baiturrahman Berdiri Kokoh Saat Tsunami Aceh 2004
Masjid Baiturrahman sempat menarik perhatian dunia. Saat bangunan lain tersapu bersih oleh ombak Tsunami Aceh pada 26 Desember 2004, masjid ini masih berdiri kokoh. Pada saat itu, masjid dijadikan tempat penampungan sementara bagi pengungsi. Sejak kejadian tersebut, masjid mengalami kerusakan berat dan kembali di renovasi.
Mengutip Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), sekarang masjid ini bisa menampung hingga 24.000 jamaah. Pada masa pemerintahan Zaini Abdullah (2012-2017), pekarangan masjid yang dulunya dipenuhi rerumputan diganti hamparan marmer yang dilengkapi dengan 12 payung elektrik untuk melindungi jamaah dari panas sinar matahari.
Sekarang, masjid memiliki taman, 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk dengan luas bagian dalam masjid sekitar 4.760 meter persegi. Sebagai salah satu objek wisata yang sering dikunjungi wisatawan, masjid ini menjadi sentral berbagai kegiatan umat islam di Aceh.
Baca juga: Menyatukan Keindahan Tradisional dan Modern dalam Desain Masjid YTCS
Gaya Arsitektur Masjid Baiturrahman Aceh
Masjid Baiturrahman yang dibangun oleh Belanda dirancang oleh arsitek bernama Gerrit van Bruins. Dalam proses desain, ia sempat berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid di Bandung.
Secara keseluruhan, masjid ini menggabungkan sejumlah style arsitektur beberapa negara. Ciri khas yang tampak pada masjid ini tampak pada bentuk menara dan kubah yang besar layaknya Taj Mahal di India. Style ini mengadopsi gaya arsitektur Mughal, khas arsitektur kuno India.
Baca juga: Desain Interior Rumah Industrial Japandi, Bikin Betah di Rumah
Bagian gerbang utama menyerupai gaya rumah klasik Belanda yang dibatasi oleh serambi bergaya arsitektur masjid yang ada di Spanyol. Sebelum memasuki bagian dalam masjid, terlihat 3 pintu besar dari kayu yang dihiasi banyak ornamen. Hal unik lainnya yang dapat ditemukan pada masjid ini adalah adanya kaca patri.
Dinding bagian dalam Masjid Baiturrahman didominasi relief arabesque dan empat sisi atap di bawah kubah tertera ayat Al-Qur’an berwarna kuning keemasan berlatar hijau. Selain itu, terdapat 17 titik lampu gantung sebagai penerang. Lampu ini juga terlihat di mihrab masjid, tepat di bagian tengah dan depan ruangan.