Taman Sari Yogyakarta adalah situs bersejarah bekas kerajaan Kesultanan Yogyakarta. Melansir Dinas Kebudayaan DIY, taman sari atau water castle memiliki arti taman yang indah. Taman ini dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1757 dengan gaya arsitektur Jawa dan Portugis.
Bangunan seperti kolam khusus digunakan untuk mandi Sultan beserta keluarganya. Istana air ini memiliki beberapa fungsi, seperti tempat peristirahatan, meditasi, rekreasi, hingga tempat perlindungan sultan dan keluarganya.
Baca juga: Keindahan Arsitektur Gereja Blenduk di Kawasan Kota Lama Semarang
Saat musuh menyerang Keraton, sultan dan keluargannya menyelamatkan diri melalui pintu bawah tanah. Setelah merasa aman, pintu air akan dibuka untuk mengaliri jalan, sehingga musuh tidak menyadari keberadaannya. Meski multifungsi, namun arsitek bangunan ini masih menjadi teka-teki.
Kontroversi Arsitek Taman Sari Yogyakarta
Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat, bangunan ini didesain oleh orang asing yang terdampar di daerah mancingan (pantai selatan). Orang asing tersebut di bawa ke Keraton dan menjadi abdi dalem Sri Sultan. Menurut pengakuannya, orang tersebut berasal dari Portugis. Ia bekerja sebagai tukang pembuat bangunan dan rumah.
Dengan keahliannya, Sri Sultan memberikan tugas untuk membuat benteng Keraton. Setelah berhasil, ia diberi jabatan sebagai demang. Karena berasal dari Portugis, ia dijuluki Demang Tegis. Selanjutnya, ia diberi tugas membuat Taman Sari. Karena hal tersebut, maka bangunan tersebut memiliki sentuhan arsitektur Eropa.
Baca juga: Rumah Japandi Minimalis dengan Dominasi Aksen Lengkung yang Unik
Sumber lain menyatakan bahwa bupati Madiun, Rangga Prawirasentika yang punya jasa pada Sultan Hamengkubuwono I meminta untuk dibebaskan pajak yang selama ini dibayarkan dua kali dalam setahun.
Sebagai gantinya, ia diperintahkan untuk membuat taman yang indah sebagai sarana menenteramkan hati Sultan Hamengkubuwono I. sayangnya, ia tidak dapat menyelesaikannya karena biaya yang diperlukan melebihi pajak yang dibayarkan dua kali dalam setahun. Akhirnya, Sultan memerintahkan K.P.H. Natakusuma menyelesaikan tersebut dengan biaya yang sepenuhnya dari Sultan.
Menurut Pemandu Taman Sari, Budiyono menjelaskan Tumenggung Mangundipuro dari Madiun yang membangun Taman Sari selama 5 tahun. Setelah itu, dilanjutkan oleh Pangeran Notokusumo Pakualam dengan meniru style Eropa.
“Kalau Demang Tegis itu hanya tambah-tambahan saja,” tegasnya.
Baca juga: Interior Rumah Industrial dengan Kamar Tidur Mezzanine
Kompleks Taman Sari Yogyakarta
Taman Sari merupakan kompleks taman kerajaan utama yang dilengkapi dengan taman kecil, kolam buatan, dapur, masjid, dan bangunan lainnya. Arsitektur bangunan ini mengadopsi style Jawa, Hindu-Buddha dan Eropa. Tidak ada bangunan Joglo seperti di Keraton, tetapi terdapat relief dan ukiran yang tersebar di seluruh kompleks.
Taman Sari memiliki luas 10 hektar yang berisi 57 bangunan, meliputi:
- Gedong Temanten dan Gedong Pangunjukan
- Gedong Sekawan atau Sedah Merah
- Gapura Panggung dan Gapura Agung
- Kolam Pemandian Taman Sari
- Gerbang Kenari
- Gapura Carik
- Gedong Garjitowati
- Gerbang Taman Umbulsari
- Pesarean Ledoksari
- Pongangan Peksi Beri
- Gerbang Sumur Gumuling
- Sumur Gumuling
- Pulo Kenanga
- Urung-urung
- Pulo Panembung
- Pongangan
- Ruang Sakral
- Ruang Peraduan dan Ruang Privat Raja
- Gerbang
- Gardu Jaga Prajurit
- Ruang Tamu
- Kamar Tidur
- Ruangan Membatik
- Ruang Pentas Tari Bedoyo dan Serimpi
- Masjid