Bangunan ramah lingkungan menjadi perhatian utama saat ini karena adanya peningkatan emisi karbon hampir di seluruh dunia. Menganggapi hal tersebut, Sugarcrete hadir sebagai inovasi arsitektur berkelanjutan. Sebenarnya apa itu Sugarcrete?
Simak pembahasan lengkap mengenai Sugarcrete di bawah ini.
Sugarcrete: Bahan Bangunan dari Limbah Tebu
Melansir ArchDaily, Sugarcrete adalah bahan bangunan yang dibuat dari limbah tebu yang dicampur dengan pasir dan pengikat mineral. Material ini memiliki ketahanan termal, akustik, api, terjangkau, dan ramah lingkungan.
Berkaitan dengan arsitektur berkelanjutan, Sugarcrete berhasil digunakan untuk membangun sekolah di India. Inovasi ini dikembangkan oleh University of East London (UEL) dengan mengubah limbah tebu menjadi block bangunan yang tahan lama dan ramah lingkungan. Material ini dianggap memilii jejak karbon enam kali lebih rendah dari bata merah.
Baca juga: 5 Cara Membuat Dapur Kecil agar Terasa Lebih Luas dan Nyaman
Karena masih dalam tahap uji coba, material ini harus melewati penelitian yang ketat, pengujian ekstensif, dan prototipe secara penuh dengan membuat bangunan sekolah.
Proyek pembangunan tersebut berlokasi di Panchsheel Inter College, Uttar Pradesh sebagai prototipe pertama yang berfungsi sebagai laboratorium keberlanjutan bagi mahasiswa di salah satu penghasil gula terbesar di India. Bangunan ini dapat menjadi bahan uji coba kinerja meterial sembari mempromosikan pendidikan berkelanjutan.
Siapa yang Merancang Sekolah dari Material Sugarcrete?
Alan Chandler, kreator material sekaligus pemimpin proyek mengatakan bahwa proyek ini sangat berharga dalam menunjukkan penggunaan Sugarcrete block dalam mengatasi tantangan lokal, seperti ketersediaan material dan teknik pengaplikasiannya.
“Dengan dukungan penuh dari Chemical System Technologies (CST), kami telah menunjukkan transisi dari material konstruksi tradisional (bata merah) ke material alternatif yang berkelanjutan,” jelasnya.
Baca juga: Desain Interior Rumah Japandi dengan Eksterior Bergaya Indische
Desain sekolah merupakan hasil kerja sama antara mahasiswa University of East London (UEL) dengan Delhi School of Architecture and Planning. Untuk mendorong keberhasilan proyek sekolah, tim Sugarcrete berkolaborasi dengan Paryatan Foundation, sebuah LSM di Hisar, India yang membangun pusat komunitas material dari limbah tebu.
Untuk menyukseskan proyek ini, mereka memperluas jangkauan ke negara penghasil gula di, seperti Brazil, Kenya, dan Kosta Rika. Misalnya di Kosta Rika, Sugarcrete sedang dipertimbangkan sebagai alternatif material ramah lingkungan yang rendah karbon untuk konstruksi di hutan tropis.
Saat ini sekolah sedang dipantau untuk mengevaluasi insulasi, kelembapan, dan kinerja akustik. Menurut Presiden Chemical System Technologies (CST), Sunil Singhal potensi Sugarcrete dapat mendorong transformasi lingkungan dan sosial yang sangat besar.
“Kami bangga memperkenalkan inovasi ini di India sebagai contoh bagi dunia,” terang Sunil.
Baca juga: Desain Interior Rumah Industrial Japandi, Bikin Betah di Rumah
Dipamerkan di Burning Man Festival, Amerika Serikat
Setelah berhasil digunakan untuk membangun sekolah, Sugarcrete akan dipamerkan dalam bentuk prototipe di Burning Man Festival Nevada, Amerika Serikat untuk menunjukkan manfaat dan daya tariknya secara global. Sebagai inovasi terbarukan, Sugarcrete telah menerima sejumlah penghargaan, yaitu:
- Climate Positive Awards;
- Built by Nature Prize;
- Earthshot Prize dan penghargaan bergengsi lainnya.
Baca juga: Rumah Kebanjiran? Segera Lakukan 5 Hal Ini
Keberhasilan tersebut menggambarkan potensi dan kontribusi Sugarcrete dalam konstruksi berkelanjutan untuk masa depan yang lebih tangguh dan rendah karbon. Melalui proyek ini, kita dapat melihat potensi pemanfaatan limbah pertanian menjadi bahan bangunan dengan banyak keunggulan, membuka jalan bagi industri konstruksi yang lebih berkelanjutan.