Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua di Indonesia yang berada di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kec. Demak, Kab. Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dibangun oleh Raden Patah, pangeran kerajaan Majapahit sekaligus pendiri Kesultanan Islam Demak pada sekitar abad ke-15 Masehi.
Di dalam kompleks masjid, terdapat makam raja-raja Kesultanan Demak termasuk Raden Patah dan para pengabdinya. Meski sudah berusia ratusan tahun, namun keindahan dan keistimewaan masjid ini masih tampak dan terjaga hingga sekarang.
Baca juga: Desain Rumah dan Kos Tumbuh dengan Style Modern Tropis
Sejarah Masjid Agung Demak
Pada zaman dahulu, masjid agung menjadi tempat berkumpulnya Walisongo dalam menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Menurut sejarah versi Babad Tanah Jawi, Masjid agung dibangun pada akhir abad ke-15 M.
Lalu pada 1470-an Masehi, Raden Patah menemui Sunan Ampel atau Raden Rachmat yang lahir di Kerajaan Champa, Vietnam. Pada saat itu, Sunan Ampel sedang membangun dan membimbing pusat pengajaran agama islam di Demak. Kemudian Raden Patah masuk islam, menetap di Demak, dan turut membantu Sunan Ampel menyebarkan islam.
Baca juga: Interior Modern Minimalis dengan Kesan Natural dan Homey
Keunikan Arsitektur Nusantara Masjid Agung Demak
Masjid Agung Demak merupakan simbol arsitektur Nusantara yang penuh makna. Meski punya tampilan yang sederhana, namun masjid ini terkesan megah, anggun, indah, dan elegan. Masjid agung memiliki ukuran 31 x 31 meter dengan ukuran serambi sekitar 31 x 15 meter.
Melansir Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, bangunan utama masjid memiliki empat kolom utama yang disebut saka guru. Empat kolom atau tiang tersebut konon katanya dibuat langsung oleh Walisongo. Sebelah barat daya dibuat oleh Sunan Gunung Jati, sebelah barat laut dibuat oleh Sunan Bonang, dan sebelah timur oleh Sunan Kalijaga. Terakhir, sebelah tenggara dibuat oleh Sunan Ampel.
Baca juga: Stasiun Manggarai: Stasiun Tersibuk dengan Desain Arsitektur Unik
Atap bangunan berbentuk limas dan ditopang 8 tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan iman, islam, dan ihsan. Masjid ini juga memiliki mimbar dari kayu jati dengan ornamen ukiran yang sangat halus dan indah.
Ada hal unik yang ada di Masjid Agung Demak, yaitu adanya Pintu Bledeg. Pintu yang dibuat Ki Ageng Selo ini dipercaya mampu menangkal petir, sehingga dinamakan Pintu Bledeg (petir). Pada tahun 1987, masjid pernah direnovasi dan menelan biaya sekitar Rp688 juta. Dana tersebut berasal dari APBN dan bantuan dari OKI, Arab, Malaysia, Brunei, dan Turki.