Stasiun Manggarai (MRI) merupakan salah satu stasiun tersibuk di Indonesia yang memiliki desain arsitektur yang unik. Stasiun ini juga termasuk dalam stasiun kelas besar tipe A. Lokasi stasiun di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan.
Stasiun seluas 2,47 hektar ini melayani kereta api bandara dan KRL Commuter Line tujuan Bogor, Jakarta Kota, Tanah Abang, dan Bekasi. Sama seperti Stasiun Pasar Senen, stasiun ini juga memiliki ruang bawah tanah untuk memudahkan penumpang berpindah peron.
Baca juga: Masjid Menara Kudus, Keindahan Akulturasi 3 Budaya
Sejarah Stasiun Manggarai
Kawasan Manggarai merupakan kawasan dengan aktivitas transportasi vital Jakarta, terutama wilayah di sekitar Manggarai. Pada tahun 1914, Stasiun Manggarai dibangun dan dipimpin oleh arsitek Belanda bernama Ir. J. Van Gendt. Empat tahun berikutnya, akhirnya stasiun diresmikan pada 1 Mei 1918.
Saat itu, kondisi stasiun belum selesai dan tiang peron yang seharusnya menggunakan baja tidak datang karena pasokan baja terhambat. Hal tersebut terjadi karena adanya Perang Dunia I. Sebagai gantinya, akhirnya tiang peron diganti kayu jati.
Baca juga: Desain Renovasi Rumah Industrial 2 Lantai dengan Budget Minimalis
Guna menjawab keluhan antrean penumpang Kereta Commuter indonesia (KCI) yang terus meningkat setiap tahunnya, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Perkapalan menambah bangunan baru. Bangunan tersebut mengusung arsitektur modern minimalis dan futuristik. Meski demikian, bangunan lama yang merupakan peninggalan kolonial Belanda tetap dipertahankan karena berstatus cagar budaya. Hal tersebut termuat dalam peraturan di bawah ini.
- SK Gubernur No. 475 Tahun 1993, tertanggal 29 Maret 1993.
- Minister of Tourism No. 011/M/1999, 12 Januari 1999.
- SK Menbudpar No: PM.13/PW.007/MKP/05, tertanggal 25 April 2005.
Desain Arsitektur Hybrid Stasiun Manggarai
Arsitektur Stasiun Manggarai mengadopsi gaya arsitektur hybrid, menggabungkan style arsitektur kolonial dan modern. Gaya kolonial pada bangunan lama stasiun terlihat pada menara atau tower yang terletak di atas atap stasiun. Untuk bagian atap terluar bangunannya, menggunakan atap perisai. Terdapat pula lubang ventilasi di bagian wajah bangunan untuk memenuhi kenyamanan termal.
Baca juga: Interior Kos Industrial dengan Konsep Ruang Makan Ala Cafe
Gaya arsitektur modern pada stasiun tampak pada dominasi penggunaan material kaca di bagian fasadnya. Selain itu, bagian fasad bangunan juga cenderung menggunakan elemen geometris dan unsur bentuk persegi panjang. Berbeda dengan atap bangunan lama, pada bangunan baru atap yang digunakan adalah atap dak dan atap bentang lebar.
Meski mengusung dua style arsitektur yang berbeda, namun massa bangunan kolonial dan modern pada Stasiun Manggarai saling terhubung dan menyatu menjadi satu kesatuan.