Mohamed Kamal Ismail adalah arsitek asal Mesir yang lahir pada 13 September 1908 yang mengawasi dan membuat desain perluasan Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Ismail dipercaya dan dipilih langsung oleh Raja Fahd bin Abdul Aziz untuk proyek besar tersebut.
Selama menempuh pendidikan, ia dikenal sebagai seorang jenius dan selalu menjadi lulusan termuda di angkatannya. Bahkan, ia juga mendapatkan tiga gelar doktor di bidang Arsitektur Islam. Dia menikah pada usia 44 tahun dan istrinya meninggal setelah melahirkan putranya. Semenjak peristiwa tersebut, ia tetap melajang dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah.
Baca juga: 3 Masjid yang Pernah Disinggahi Nabi Muhammad SAW
Kamal Ismail Pencetus Penggunaan Marmer Putih
Pemugaran Masjidil Haram merupakan proyek terbesar di sekitar abad ke-14. Dalam proyek tersebut, terdapat penambahan 3 menara, tenda di Mataf, mengganti lantai marmer, hingga mengaspal jalur atau akses antara Safa dan Marwah.
Saat merancang Masjidil Haram, Ismail mencetuskan ide untuk menggunakan marmer putih untuk melapisi lantai yang dipakai untuk tawaf. Marmer ini anti panas dan pada saat itu hanya ada di Yunani. Demi mewujudkan desain arsitekturnya, ia melakukan perjalanan ke Yunani dan membeli marmer dengan jumlah yang cukup untuk melapisi seluruh lantai Masjidil Haram.
Setelah 15 tahun, pemerintah Arab Saudi kembali menghubungi Kamal Ismail dan meminta jenis marmer putih serupa untuk melapisi lantai Masjid Nabawi. Mendengar permintaan tersebut, Ismail cukup bingung karena tempat produksi marmer tersebut hanya ada satu di Yunani.
Meski demikian, ia langsung bergegas ke perusahaan marmer tersebut dan meminta untuk bertemu dengan pimpinan perusahaan. Sayangnya, ternyata marmer yang pernah ia beli 15 tahun silam sudah terjual habis.
Saat akan meninggalkan kantor, ia tak sengaja bertemu dengan sekretaris perusahaan tersebut dan memintanya memberitahu keberadaan pembeli terakhir yang membeli marmer putih yang sama dengannya. Sekretaris tersebut mengatakan sulit untuk mencari data pembeli tersebut karena transaksi yang dilakukannya sudah lebih dari satu dekade.
Baca juga: Menyatukan Keindahan Tradisional dan Modern dalam Desain Masjid YTCS
Ajaibnya, keesokan harinya sekretaris tersebut menghubunginya karena menemukan alamat pembeli terakhir. Ismail langsung menuju alamat tersebut dan ternyata yang membeli sisa marmer putih adalah perusahaan asal Arab Saudi.
Sesampainya di perusahaan, ia menanyakan keberadaan marmer yang dibeli 15 tahun silam digunakan untuk keperluan apa. Direktur perusahaan mengaku tidak mengetahui keberadaan marmer tersebut. Kemudian sang direktur menghubungi stafi di bagian ruang stok perusahaan.
Ternyata selama 15 tahun, marmer tersebut masih tersimpan rapi di gudang perusahaan dan jumlahnya sesuai dengan jumlah marmer yang dibutuhkan Ismail untuk melapisi lantai Masjid Nabawi. Saat menyodorkan cek kosong, direktur perusahaan menolak dengan sopan dan memberikan marmer secara sukarela.
Kamal Ismail Menolak Dibayar
Selama mengerjakan proyek perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Kamal Ismail menolak dibayar sepeser pun meski sudah didesak oleh Raja Fahd. Menurutnya, ia tidak berhak mengambil upah dari pekerjaan di tempat paling suci di dunia. Ismail merasa tidak pantas dan malu saat menghadap Allah di Hari Penghakiman (kiamat) jika ia menerima upah atas pekerjaanya tersebut.
Baca juga: Interior Modern Minimalis dengan Kesan Natural dan Homey
Belajar dari arsitek Kamal Ismail, ia sangat menikmati dan mengusahakan pekerjaannya berjalan dengan baik meskipun banyak hal yang harus dilaluinya. Meski demikian, akhirnya usaha dan kerja kerasnya berbuah manis karena semua yang dilakukannya selalu ia sandarkan pada Tuhannya.