Han Awal merupakan seorang arsitek legendaris Indonesia. Lahir dengan nama Han Hoo Tjawan pada tanggal 16 September 1930 di Malang, Han Awal telah melahirkan banyak karya dan mendapatkan banyak penghargaan. Ia dikenal sebagai seorang yang penuh dengan pengabdian dan dedikasi di dunia arsitektur. Han Awal tutup usia pada tanggal 14 Mei 2016.
Untuk mengenal lebih dalam tentang sosok legendaris ini, simak pembahasan lengkap di bawah ini.
Pendidikan
Setelah lulus SMA tahun 1950, ia melanjutkan pendidikan ke Technische Hoogeschool di Delft, Belanda. Namun adanya konflik Indonesia-Belanda pada tahun 1956, Han pindah ke Jerman dan melanjutkan pendidikan arsitekturnya di Technische Universitat, Berlin Barat dan berhasil lulus di tahun 1960.
Saat menimba ilmu di dua negara tersebut, Han Awal merasakan perbedaan signifikan dalam hal arsitektur. Belanda merupakan kota kecil yang memiliki tanah, bahan, dan biaya terbatas. Hal tersebut membuat arsitek berpikir untuk memanfaatkan setiap ukuran ruangan.
Baca juga: Prinsip Dasar Struktur Bangunan dalam Arsitektur
Berbeda dengan Jerman yang mengajarkan konsep-konsep besar arsitektur. Meskipun demikian, kedua negara tersebut memiliki persamaan. Belanda, Jerman, maupun negara Eropa lainnya mengalami perkembangan arsitektur modern yang memanfaatkan bahan industri seperti baja, kaca, dan beton.
Karir
Di Indonesia, Han Awal mendirikan biro konsultan yang bernama PT. Han Awal & Partners Architect. Selain itu, Han mengabdikan diri dan ilmunya sebagai Pembantu Rektor atau Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta (1969-1971), Dosen Tidak Tetap di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia (1965-2000), Dosen Pembina FT Universitas Soegijapranata Semarang (1990-2003), Dosen Pembina FT Universitas Merdeka Malang (1997-2004), Dosen Tidak Tetap Program Pascasarjana FT UI (2003).
Ia juga aktif mendorong berdirinya Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), ikut mendirikan Pusat Dokumentasi Arsitektur dan memfasilitasi berdirinya ajang diskusi Arsitek Muda Indonesia.
Baca juga: Desain Rumah Scandinavian 2 Lantai Yogyakarta
Karya
Han Awal dikenal sebagai arsitek pemugaran bangunan-bangunan tua. Berkat karyanya, Han menjadi salah satu arsitek yang berpengaruh di Indonesia. Salah satu karyanya yang monumental di bidang pemugaran adalah Gedung Arsip Nasional Republik Indonesia.
Han bersama arsitek Belanda Cor Passchier dan arsitek Inggris Budi Lim melakukan pemugaran besar-besaran terhadap gedung yang dibangun pejabat VOC bernama Renier de Klerk di akhir abad 18. Pada tahun 1988 Han terlibat dalam proyek pemugaran Gereja Katedral Jakarta yang mengalami kerusakan berat di beberapa bagian.
Selain itu, Han juga terlibat dalam pembangunan Gedung Conefo (1964-1972) yang kemudian berganti nama menjadi Gedung DPR-MPR. Karya Han lainnya antara lain Gedung Bank Indonesia Jakarta Kota, Gereja Immanuel, Gedung Universitas Katolik Atma Jaya Semanggi, dan Gedung Sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru.
Penghargaan
Pada bidang budaya, Han Awal memperoleh Penghargaan Profesor AA Teeuw, guru besar kajian budaya Indonesia di Universitas Leiden, Belanda. Prestasinya di bidang arsitektur memperoleh penghargaan International Award of Excellence UNESCO Asia Pacific Heritage.
Bagi Han Awal, mengenal bangunan itu akan ada empati, akan mengerti zaman tersebut, sehingga tidak salah langkah dalam merencanakan konservasi. Menurut Han, karya arsitektur menjadi cerminan masyarakat di setiap zaman.
Baca juga: Interior Rumah Modern Kontemporer dengan Konsep Open Space
Seorang arsitek harus paham tiga poin utama sebelum berkarya, yaitu masa lalu yang berkaitan dengan sejarah yang tidak boleh dilupakan, masa sekarang yang ada kaitannya dengan pengaruh dari segala hal baik dalam maupun luar negeri yangs sedang terjadi, dan masa depan berkaitan dengan kewajiban arsitek dalam menghasilkan bangunan yang mampu bertahan selama mungkin serta tidak ketinggalan zaman.
Dalam hal merancang sebuah bangunan, Han mengutamakan kesederhanaan dan mempertimbangkan iklim tropis di Indonesia.